Ritual Tiwah yaitu prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju sebuah tempat yang bernama sandung.
Upacara Tiwah adalah upacara kematian yang biasanya
digelar atas seseorang yang telah meninggal dan dikubur sekian lama hingga yang
tersisa dari jenazahnya dipekirakan hanya tinggal tulangnya saja.
Ritual Tiwah bertujuan sebagai ritual untuk meluruskan
perjalanan roh atau arwah yang bersangkutan menuju Lewu Tatau (Surga – dalam
Bahasa Sangiang) sehingga bisa hidup tentram dan damai di alam Sang Kuasa.
Selain itu, Tiwah Suku Dayak Kalteng juga dimaksudkan oleh masyarakat di
Kalteng sebagai prosesi suku Dayak untuk melepas Rutas atau kesialan bagi
keluarga Almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk yang menimpa.
Bagi Suku Dayak, sebuah proses kematian perlu dilanjutkan
dengan ritual lanjutan (penyempurnaan) agar tidak mengganggu kenyamanan dan
ketentraman orang yang masih hidup. Selanjutnya, Tiwah juga berujuan untuk
melepas ikatan status janda atau duda bagi pasangan berkeluarga. Pasca Tiwah,
secara adat mereka diperkenakan untuk menentukan pasangan hidup selanjutnya
ataupun tetap memilih untuk tidak menikah lagi.
Melaksanakan upacara tiwah bukan pekerjaan mudah.
Diperlukan persiapan panjang dan cukup rumit serta pendanaan yang tidak
sedikit. Selain itu, rangkaian prosesi tiwah ini sendiri memakan waktu hingga
berhari-hari nonstop, bahkan bisa sampai satu bulan lebih lamanya.
Sebelum upacara tiwah dilaksanakan, terlebih dahulu
digelar ritual lain yang dinamakan upacara tantulak. Menurut kepercayaan Agama
Kaharingan, setelah kematian, orang yang meninggal
dunia
itu belum bisa langsung masuk ke dalam surga. Kemudian digelarlah
upacara tantulak untuk mengantar arwah yang meninggal dunia tersebut menuju
Bukit Malian, dan di sana menunggu diberangkatkan bertemu dengan Ranying
Hattala Langit, Tuhan umat Kaharingan, sampai keluarga yang masih hidup
menggelar upacara tiwah.
“Bisa juga dikatakan Bukit Malian itu adalah alam rahim,
tempat suci manusia tinggal sebelum lahir ke dunia. Di alam itulah orang yang
meninggal dunia menunggu sebelum diberangkatkan menuju surga melalui upacara
tiwah,” terang pemuka Agama Kaharingan dari Kota Palangka Raya ini.
Puncak acara tiwah ini sendiri nantinya memasukkan
tulang-belulang yang digali dari kubur dan sudah disucikan melalui ritual
khusus ke dalam sandung. Namun, sebelumnya lebih dahulu digelar acara penombakan
hewan-hewan kurban, kerbau, sapi, dan babi
0 komentar:
Posting Komentar